Minggu, 19 Februari 2012

ILMUWAN MUSLIM


AHMAD YUSUF ILMUWAN MUSLIM

         Ahmad Ibnu Yusuf, mengikuti jejak ayahnya, Yusuf Ibnu Ibrahim, menekuni matematika. Melalui bidang ini, ia kemudian dikenal luas. Nama besarnya sebagai ilmuwan tak hanya didengar di seluruh Mesir, tetapi juga sampai ke Eropa.

        Beliau adalah salah satu ilmuwan besar muslim, yang ada pada abad ke 9(sembilan), namun namanya tidak begitu dikenal. Ahmad di anggap telah mampu merancang dasar2 bagi perkembangan matematika modern, ia dikenal sebagai  Ametus Fillius Joseph. Karyanya yang terkenal adalah tentang busur yang sama.

        Melalui buku Centiloquium, karya Ptolemius. Ahmad membuktikan bahwa busur lingkaran yang serupa bisa sama bisa tidak. Dimana buku ini diterjemahkan oleh plato, pada tahun 1493, dengan judul Incipit liber centemverborum ptholemei cum commento haly.

         Buku ini mempengaruhi pemikiran matematikawan modern pada abad ke 12, Ahmad terinspirasi dari beberapa pemikiran Euclid. Karya Euclid yang terdiri dari 13 jilid yang di tulis saat berada di Aleksandria, yang berisi definisi, postulat, dalil, dan konstruksi dari proporsi.

         Karya Euclid ini, pertama kali dicetak di Venesia pada 1482. Buku ini juga merupakan salah satu karya matematika yang paling awal dicetak setelah ditemukannya mesin cetak. Karya ini juga digunakan sebagai dasar-dasar teks geometri di Barat.

         Selain dua buku terkenalnya itu, Ahmad membuat metode untuk menyelesaikan masalah perpajakan. Bahasan yang dilakukannya itu muncul dalam buku Liber Abaci yang membahas aritmatika karya Fibonacci atau Leonardo Pisano, seorang ilmuwan ahli matematika yang berasal dari Italia.

         Dalam karya tersebut, Fibonacci memperkenalkan angka-angka Arab dan elemen utama sistem desimal kepada orang-orang Eropa. Dia mempelajari angka-angka Arab tersebut ketika dia tinggal di Afrika Utara dengan ayahnya, Guglielmo Bonaccio.

        Karya Ahmad yang berupa metode untuk menyelesaikan masalah perpajakan juga banyak dikutip oleh para ilmuwan lain di bidang matematika, antara lain Bradwardine, Jordanus, dan Pacioli. Ia memiliki pula keahlian dalam bidang astronomi. Tak heran, jika kemudian Ahmad pun memiliki karya dalam bidang astronomi. Ia memberikan gambaran tentang astrolabe. Ini merupakan instrumen yang dimiliki para astronom untuk memperkirakan letak matahari dan planet lainnya serta memperkirakan waktu.

           Ada beberapa karya yang dikaitkan dengan dirinya, tak jelas siapa yang menulisnya. Sejumlah catatan menyatakan beberapa karya tersebut merupakan tulisan Ahmad. Namun, ada pula yang menyanggahnya dan menyatakan itu karya bersama Ahmad dan ayahnya.

             Ahmad lahir di Baghdad, Irak. Namun, ia bersama ayahnya kemudian pindah ke Damaskus, Suriah, pada 839. Beberapa lama kemudian, keluarganya pindah ke Kairo, Mesir. Tak diketahui secara pasti kapan ia meninggalkan Damaskus dan kemudian menetap di Mesir.

           Tak heran jika kemudian di belakang namanya disematkan sebutan al-Misri. Meski tak tahu secara pasti Ahmad pindah ke Mesir, namun sejumlah sejarawan menyatakan kemungkinan ia pindah ke Mesir bersama keluarganya saat ia masih kanak-kanak.

              Saat di Kairo, Mesir, Ahmad tumbuh dalam sebuah lingkungan yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Apalagi, ayahnya merupakan ahli matematika, astronomi, dan juga seorang dokter. Ayahnya, dikenal pula sebagai anggota tim yang membuat dan merancang tabel astronomi.

             Di sisi lain, ayah Ahmad merupakan bagian dari kelompok ilmuwan terpelajar. Tak heran jika kemudian ia selalu berada dalam lingkungan yang sarat pengetahuan. Ia pun memiliki ketertarikan yang kuat terhadap ilmu pengetahuan.

               Ahmad lalu tumbuh menjadi sosok yang selalu haus akan ilmu. Dengan ketekunan dan kerja kerasnya, ia mampu menguasai sejumlah bidang yang juga dikuasai ayahnya. Ia menguasai matematika dan juga astronomi dan menuangkan pemikirannya dalam sejumlah karya.

              Selain dikenal sebagai ilmuwan, Ahmad juga memiliki jabatan di pemerintahan, yaitu pada saat Dinasti Tulunid berkuasa di Mesir. Ia menjabat sebagai sekretaris. Ia meninggal dunia pada 912, namun namanya tetap dikenang sebagai ilmuwan besar.

tabel dan grafik trigonometri






Minggu, 12 Februari 2012

ahli matematika




Selama ini mungkin kita lebih kenal dengan  PHYTAGORAS, ENSTEIN, PASCAL , atau NEWTON dalam bidang sains. Kita tidak banyak tau tentang seorang matematikawan muslim yang bernama ABU JA’FAR MUHAMMAD, ia lahir di daerah Marv, Khurusan, Iran. Ia ahli dalam mengurai kan masalah-masalah rumit dalam matematika.
                    Al-Khazin begitu lah sapaan nya, ia sudah mulai terlupakan. Al-khazin hidup  sangat sederhana, ia tidak mau menerima materi atau hadiah dari pengusaha, ini membuat ia tidak begitu dikenal. Ia menuangkan seluruh karyanya dalam kitab Al-masail al adadiyya yang di dalam nya terdapat karya Ibnu Majah, dan termasuk juga karya nya tentang perhitungan sinus pada segitiga. Al-khazin pernah mengomentari teori Euclides, seorang ilmuwan yunani.
Kontribusi luar biasa nya mencakup peragaan rumus melalui perhitungan sisi kerucut, dan berhasil mmecahkan rumus  X3+a2b=cX2. Ini merupakan persoalan sulit yang pernah di ajukan oleh Archimedes dalam buku nya “The Sphere and the Cylinder”.
                     Teorinya yang juga di kagumi ,”pembagian bola dengan sebuah bidang datar, dalam sebuah rasio di selesaikan dengan persamaan pangkat tiga”. Sumbangsih lainnya penentuan azimut, ukuran sudut arah kiblat, serta perhitungan segitiga sferis.
                       Tak ada yang  tau tentang kelahirannya,tapi para sejarawan memperkirakan bahwa ia wafat antara tahun 961M sampai 971M.